Posted by: prihadisetyo | May 27, 2009

BERPIKIR MAKRO DULU, BARU DETAIL ATAU SEBALIKNYA?

Berwirausaha merupakan hal yang tidak mudah, namun mencari pekerjaan di masa seperti sekarang juga tidak mudah. Hal seperti inilah yang barangkali bisa membingungkan mahasiswa atau siapa saja dalam mengarungi hidupnya, mengejar cita-citanya. Kali ini saya ingin cerita sedikit tentang hasil pengamatan saya setelah lebih dari 10 tahun berprofesi ganda, sebagai pegawai (pengajar di universitas) dan sebagai wirausaha yang bersama-sama kawan berusaha di bidang jasa engineering dan pengembangan SDM.

Sebagai pengajar, saya selalu berusaha menyampaikan dengan baik dan penuh semangat serta kalau bisa menjadi contoh bagi mahasiswa. Mereka saya ajak berpikir makro dulu di awal kuliah dengan harapan pandangan mereka luas. Sebagai contoh kalau kita belajar teknik mesin, misalnya, tentu pikiran kita sebaiknya tidak lepas dari bermacam-macam mesin, bagaimana cara membuatnya, bagaimana cara mengoperasikannya, materialnya terbuat dari apa, energi untuk mengoperasikannya darimana dan apa jenisnya, dan lain-lain. Hal seperti inilah yang saya sebut berpikir makro. Baru kemudian satu persatu kita pelajari lebih mikro seperti bidang energinya misalnya. Bidang energi ini masih banyak sekali yang harus kita pelajari, misalnya sumber-sumber energi, cara perpidahan energi, termodinamikanya, peralatan pengubah energi dan lain-lain. Dari sini akhirnya kita pecah lagi misalnya hanya termodinamikanya saja. Mempelajari termodinamika secara detail merupakan hal mikro yang saya maksud.

Hal penting yang ingin saya tekankan di sini adalah saat kita mempelajari yang detail, pada umumnya kita lupa pada hal yang makro. Menurut hemat saya, hal seperti ini kalau bisa jangan kita ikuti agar pada saat kita belajar hal-hal yang bersifat detail tetap ingat bahwa aplikasi dari yang sedang kita pelajari tersebut adalah sangat luas, yang pada umumnya lebih makro. Kita sebaiknya tetap harus ingat bahwa ilmu yang sedang kita pelajari secara detail tersebut merupakan bagian dari ilmu makro yang membutuhkan sumbangan dari ilmu detail yang sedang kita pelajari tersebut.

Ternyata dalam berbisnis analogi seperti ini tetap berlaku. agar bisnis kita menjadi besar, mau tidak mau kita harus bertanya atau mencari informasi berapa sih omset bisnis kita ini di Indonesia atau di Asia atau bahkan di dunia? Ini yang saya analogikan berpikir makro. Sebagai contoh kalau kita mau berbisnis bidang mie instan, mulai dari memproduksi hingga memasarkannya. Kalau kita tahu bahwa konsumsi mie instan di Indonesia misalnya 2 bungkus per bulan per kapita, ini berarti bahwa kebutuhan mie instan Indonesia adalah 2x12x230 juta = 5,52 milyar bungkus. Jika harganya Rp.750,-/bungkus, ini berarti bahwa pasarnya ekivalen dengan Rp. 4,14 T, wah besar sekali kan? Bandingkan apabila kita mau berbisnis burung perkutut misalnya dimana kebutuhan pasarnya barangkali tidak terlalu besar untuk rakyat kita yang masih banyak yang susah. Contoh ini memang ekstrem dan tidak apple to apple, tapi kan ini hanya sekedar contoh agar kita bisa berpikir sebelum memilih obyek bisnis kita. Kemudian setelah kita pilih berdasarkan besarnya pasar sehingga tentu saja akan lebihmenjanjikan, barulah kita berfikir detail mengenai bahannya, komposisi bumbunya, cara produksinya, peralatan produksinya, keahlian SDM yang diperlukan, pemasarannya, dan-lain-lain secara lebih detail satu persatu. Dalam hal seperti ini, karena saking banyaknya yang harus kita tangani, tentu saja kita harus mulai dari omset kecil dulu dengan taktik pemasaran yang jitu agar bisnis kita dapat diharapkan berkembang. Setelah bisnis kita kelihatan berkembang, tentu kita akan mulai berpikir membagi-bagi tanggung jawab. Misalnya pasokan bahan kita serahkan supplier, pemasaran kita serahkan ahlinya, kita lebih konsentrasi ke managemen dan penjagaan kualitas misalnya. Ini berarti kita mulai berpikir makro dan mikro secara paralel.

Dari dua contoh di atas, dapat kita simpulkan bahwa antara belajar dan berbisnis ada kemiripan, yaitu mulai dari yang makro kemudian memikirkan atau menangani yang mikro untuk akhirnya balik berpikir dan bertindak secara paralel baik makro dan mikro secara simultan. Bagaimana menurut anda? Yuk kita renungkan bersama, semoga bermanfaat.


Leave a comment

Categories